Hijrah Bang Tato, Buku Yang Akan Menghangatkan Hati Siapa Saja Yang Membacanya!
Hijrah
Bang Tato
Identitas Buku:
a. Judul Buku: Hijrah
Bang Tato
b. Nama Pengarang: Fahd
Pahdepie
c. Tahun Terbit dan
Cetak: Oktober 2017
d. Ketebalan Buku: 246
Halaman
e. Nomor Edisi Buku:
ISBN 978-602-291-433-4
f. Penerbit: Bentang
Pustaka
g. Harga Buku: Rp.
59.000,-
h. Ukuran Buku: +- 20,5
cm
Sinopsis Buku
Berubah
menjadi lebih baik adalah tantangan besar bagi setiap orang tidak terkecuali
Lalan, mantan preman yang ditakuti oleh banyak orang. Ia memiliki banyak tato
yang menghiasi tubuhnya. Butuh perjuangan untuk bisa menjadi manusia yang lebih
baik. Ia harus merasakan pahitnya penolakan, bahkan oleh saudara sesama muslim.
Tidak ada seorang pun yang berhak menghalangi seorang hamba kembali pada
Tuhannya, meski ia memiliki masa lalu yang kelam.
Perjalanan
hijrah Lalan atau yang akrab disapa Bang Tato tidaklah mudah. Banyak lika-liku
kehidupan yang harus ia lalui. Musibah, kemarahan, kesedihan dan juga
kebencian. Namun, ia dipertemukan dengan Kang Fahd dan Sang Istri Nurmah yang
setia menemani setiap proses Lalan dengan tulus. Meski jejak masa lalu Lalan
masih terpatri di tubuhnya, tetapi kini ia menjadi sosok yang berbeda.
Buku ini ditulis oleh Fahd Pahdepie, seorang pengusaha dan penulis yang lahir pada 22 Agustus 1986 lalu. Buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata perjalanan hijrah Lalan (Bang Tato), seorang barista di cafe milik Fahd Pahdepie. Buku ini merupakan buku kesekian yang sudah ditulis oleh Fahd Pahdepie, selain karya beliau lainnya yang berjudul Jodoh, Sehidup Sesurga, Rumah Tangga, Semesta Sebelum Dunia, Angan Senja Senyum Pagi, Perjalanan Rasa dan Muda Berdaya, Karya Raya!. Kiprah Fahd Pahdepie di dunia kepenulisan sudah tidak diragukan lagi, dibuktikan dengan penghargaan internasional yang pernah diraihnya di Singapore Writer Festival (2018) serta penghargaan dalam negeri lainnya.
Buku ini memiliki daya tarik yang kaya akan hikmah. Selain itu, cerita yang dihadirkan akrab dengan kehidupan sehari-hari, salah satunya cerita ketika Lalan ingin shalat di masjid tetapi ada seseorang yang melarangnya karena ia bertato. Hal ini benar-benar mencerminkan kehidupan di sekitar kita, yang lebih senang menghakimi dibandingkan melihat kekurangan diri sendiri, terlebih kepada seseorang yang berpenampilan ‘berbeda’. Dalam buku ini juga diceritakan bahwa Fahd melihat Lalan shalat dengan satu sajadah kosong yang ia gelar di belakangnya. Apa yang dilihat Fahd di CCTV tersebut membuatnya penasaran, lantas menanyakan hal tersebut kepada Lalan. Lalan bercerita bahwa ia melakukan hal tersebut karena ia ingin ditemani Nurmah sang istri dan agar termotivasi meski ia sedang shalat sendiri. Hal tersebut begitu sederhana tetapi menyentuh bagi pembaca.
Buku
ini tidak menceritakan tentang sosok yang berhijrah secara drastis kemudian
berhasil mendapatkan hal-hal besar. Cerita dalam buku ini disampaikan secara
sederhana tetapi kaya makna. Jika pembaca mencari buku motivasi yang berisi
keberhasilan ‘muluk’, jangan harap hal tersebut ada di buku ini. Namun, jika
pembaca mencari makna kehidupan yang sederhana dan realistis, buku inilah
jawabannya. Secara keseluruhan, buku ini layak untuk dibaca. Pembahasannya yang
ringan, sederhana tetapi bermakna membuat siapa pun mudah untuk mengambil
pelajaran darinya. Selain itu, buku ini juga mengajarkan pada pembaca bahwa
berhijrah bukanlah sebuah tujuan tetapi perjalanan seumur hidup, karena di
dalamnya ada proses naik turun, membutuhkan tekad dan juga perjuangan.